Minggu, 06 Maret 2011

Ketika badan ini terbaring di kasur kesayangan, terlihat sebuah majalah dan ternyata majalah tersebut adalah bulletin yang setiap bulan saya dapatkan dari sebuah organisasi donator islam yang berkantor di Surabaya. Ketika saya buka lembar per lembar akhirnya saya terhenti dalam sebuah wacana pendek atau cerita pendek. Setelah terbaca pun saya tersenyum dan tersenyum. Sungguh menarik cerita penuh hikmah tersebut.. Cerita itu akan saya share dengan anda-anda semua yang berkenan mampir di blog saya yang sungguh sangat sederhana dan bisa dibilang jelek ini.

(Untuk yang atheis dilarang mencak-mencak lo ya hehehehe piss)
Seorang cendekiawan atheis menumpang perahu ketika hendak menyebrang ke pulau. Di dekatnya duduk seorang yang senang ibadah. Ia bertanya pada tukang perahu seraya melirik ke ahli ibadah tersebut.
“Sobat pernahkan anda mempelajari matematika?”
“tidak” ujar tukang perahu tersebut.
“Bagaimana dengan anda Pak ustadz?” tanyanya juga. Pak ustadz tersenyum.
“Sedikit.” Jawabnya
“Sayang sekali, berarti anda berdua telah kehilangan seperempat dari kehidupan Anda,” ucapnya menghakimi.
“Atau anda, barangkali anda berdua pernah mempelajari ilmu filsafat?”tanyanya lagi.
“Sedikit,” ucap ustadz tersenyum.
Profesor itu menaikkan kedua alisnya meminta jawaban tukang perahu.
“Itu juga tidak, “jawab tukang perahu itu polos.
“Dua kali sayang, berarti anda berdua telah kehilangan lagi seperempat dari kehidupan anda,”ucapnya membanggakan diri. “Bagaimana dengan sejarah?”, lanjutnya.
“Sedikit,” ujar ustadz lagi, cendikiawan itu menoleh ke tukang perahu.
“Oh, itu juga tidak,”
“Aduh-aduh . . . .!” sesalnya seraya menggeleng-gelengkan kepala.
Mendadak awan gelap, angina bertiup kencang dan terjadi badai. Laut yang tadinya tenang menjadi bergelombang, perahu yang ditumpangi merekapun oleng. Cendekiawan itu pucat ketakutan.
“Bagaimana nih pak ustadz kok tenang-tenang saja. Siapa yang akan menolong kita? Teriaknya gelisah. Sambil tersenyum ustadz itu bertanya.
“Apakah anda pernah mempelajari akan adanya Tuhan?”
“Tidak.”
“Atau anda pernah belajar berengan?” Tanya si tukang perahu
“Tidak” jawab cendikiawan itu gemetaran.
“Sayang sekali, anda tidak kenal Tuhan dan juga tidak bisa berenang berarti anda akan kehilangan seluruh hidup anda.”
Hidup bagaikan sungai, kita tidak tahu seberapa dalam, seberapa kuat arusnya, dan bebatuan di dasarnya, oleh karena itu janganlah kita hanya terpaku pada satu ilmu saja. Marilah meluaskan pengetahuan dan pandang kita terhadap berbagai ilmu yang ada.


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!