Rabu, 13 November 2013



Saudaraku ..
Tulisan ini kutujukan kepadamu, ya .. kepadamu yang mengharapkan Ridho Allah dan kenikmatan yang kekal di sisiNya, serta takut kepada siksa dan azab yang Allah Ta’ala siapkan untuk orang-orang yang bermaksiat dan kafir.

Kepadamu saudaraku, yang pernah merasakan manisnya keimanan dan nikmatnya berjalan diatas jalan yang lurus serta indahnya mendekatkan diri kepada Allah.

Kepadamu saudaraku, yang dulu bersemangat dan berpacu menuntut ilmu serta mengajak kepada kebaikan.

Kepadamu saudaraku yang dulu sering kulihat berzikir, membaca dan menghapalkan Al Qur’an.

Apa yang terjadi pada dirimu? Kenapa engkau kini mulai menjauh dari teman-temanmu yang rajin sholat berjama’ah, cinta kepada ilmu agama, gemar mempelajari Al Qur’an dan Hadits serta membaca buku-buku yang bermanfaat?

Kenapa aku melihat semangatmu memudar, penampilanmu juga berobah ..tidak lagi seperti dulu yang berusaha mengikuti sunnah-sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam?

ingatkah engkau, ketika itu engkau berhenti dari tempatmu bekerja, kenapa?!

Ketika itu engkau mengatakan, karena tidak bisa sholat berjama’ah ke mesjid!

Karena engkau takut fitnah syahwat yang slalu menggoda!
Karena engkau ingin meninggalkan nyanyian dan menggantikannya dengan mendengarkan Al Qur’an!
Karena engkau ingin menjaga ‘iffah dirimu!
Karena engkau ingin menjaga Dinmu!!

Saudaraku .. kenapa aku lihat syahwat mulai mengalahkanmu, hasrat pun membelenggumu..wajahmu tidak pernah lagi kulihat di majelis-majelis ilmu!

Apakah engkau telah menyimpulkan bahwa iltizam dan keistiqomahanmu serta keta’atanmu kepada Robbmu selama ini sebuah kesalahan, lalu engkau memilih jalan lain; jalan yang menyimpang, maksiat dan kelalaian – agar engkau bisa sampai ke surga Firdaus?!

Ataukah engkau mengira jalan yang telah engkau tempuh selama ini terasa terlalu panjang dan berat, lalu engkau tidak sabar dan memilih jalan orang-orang lali dan lengah yang diperbudak hawa nafsu mereka, yang keinginan mereka hanyalah sebatas diri mereka sendiri, tidak peduli kepada Dinullah dan Dakwah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Ataukah engkau telah melupakan kematian dan sakarat-nya …
Melupakan kuburan dan kegelapannya …
Hari kiamat dan kedahsyatannya …
Neraka dan keras azabnya …

Semoga Allah melindungimu dari itu semua
Dan semoga Allah tidak menjadikanmu termasuk orang-orang yang dikatakanNya,

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.” (Al A’rof : 175)

Kuharap dadamu lapang dan maafkan aku karena kerasnya kata-kataku kepadamu. Akan tetapi kecintaanku kepadamu yang kusimpan di dalam dadaku, dan kekhawatiran su-ul khotimah atas dirimu .. hal itulah yang telah membakar hatiku. Setiap kali aku melihat kondisimu yang membuat gembira musuhmu (Syetan beserta pengikutnya) serta membuat sedih teman-teman dan orang-orang yang mencintaimu.

Saudaraku, akankah engkau kembali sebelum kematian mendatangi?. Kapankah engkau kembali kepada taman keta’atan dan telaga taubat serta istiqomah yang penuh rahmah dan berkah dari Allah??

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.(Ali Imron : 135)

Tumbuhkanlah harapanmu, bangunlah asamu, sesungguhnya engkau memiliki Robb yang maha luas ampunanNya, membentangkan TanganNya siang dan malam untuk mengampuni orang-orang yang berdosa.

Akuilah dosamu .. tangisilah kesalahan dan kelalaianmu. Mintalah kepada Allah, agar Ia tidak menghinakanmu di hari pembalasan, serta agar Ia memutihkan wajahmu ketika dihitamkan wajah-wajah pelaku maksiat dan orang-orang kafir.

Mulailah lembaran baru yang putih bersama Allah Ta’ala dengan keta’atan dan taubat nashuhah.

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al Kahfi : 28)

Palingkanlah wajahmu dari teman-teman yang tidak baik, dari orang-orang yang tidak peduli apakah engkau nanti di sorga atau di neraka. Bahkan lebih dari itu, kelak mereka di hari kiamat meminta kepada Allah Ta’ala supaya Allah menambahkan azab yang berlipat untuk teman-teman mereka.

“mereka berkata (lagi): “Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan Kami ke dalam azab ini Maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka”. (Shod : 61)
Bersihkan dari dirimu debu-debu dosa dan kelengahan. Bergabunglah dengan kafilah yang berjalan menuju Allah Ta’ala.
Kembalilah saudaraku ..kepada Allah Ta’ala, agar engkau kembali menjadi telaga kebaikan yang selalu mengalirkan manfaat untuk yang lainnya.

Terakhir saudaraku, kalimat-kalimat ini mungkin keras dan tajam, akan tetapi ia memancar dari cinta yang tulus, hatiku lebih dahulu mengatakannya sebelum penaku menorehkannya, karena kasihan kepadamu saudaraku tercinta. Tidak ada yang kuinginkan melainkan kebaikan untukmu. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmatNya untuk kita …
Dan sampai bertemu di atas jalan kebaikan dengan izin Allah Ta’ala, semoga Allah menjagamu saudaraku.

Senin, 04 Maret 2013

Bismillah
 Mungkin diantara hal yang sangat tidak biasa dan menjadi hal yang biasa dizaman ini salah satu nya adalah hubungan atau jarak antara ikhwah dan akhwat yang seakan-akan sudah tak ada lagi,hal ini dikarenakan begitu mudahnya para muda mudi berkomunikasi melalui situs-situs sosial seperti twitter,facebook dan sebagainya,didalam dunia maya mereka seakan-akan telah melupakan aturan-aturan yang semestinya dalam berkomunikasi dengan lawan jenis,bisa dikatakan dengan penggunaan situs-situs sosial seperti ini kita seakan-akan berkhalwat dengan lawan jenis kita secara tidak langsung,lantas siapa yang akan mendapatkan kerugian terbesar dalam penggunaan akun sosial seperti ini ?
 Tentunya kita telah mengetahui bahwa diantara laki-laki dan wanita,hati seorang wanita paling mudah tersentuh dengan beragam tulisan-tulisan indah serta kalimat-kalimat puitis bahkan kalimat-kalimat yang katanya berlatar belakang dakwah itu benar-benar mampu meluluhkan hati seorang wanita atau sekurang-kurangnya perkataan seperti tadi dapat membuat para akhwat terkagum-kagum dengan karya atau status-status yang ia tulis didalam akun facebook,twitter ataupun situs-situs sosial lainnya.

 Oleh karena itu admin mencoba mencari tahu beberapa hal yang biasa dilakukan seorang ikhwah untuk memikat hati seorang wanita yang ia incar didunia maya,meski admin sendiri tidak mau munafik karena admin pun merasa pernah melakukan hal tersebut dimasa lampau,dan semoga Allah menerima pertaubatan ini..

 Berikut adalah beberapa ciri Ikhwah yang mungkin sedang tersesat dalam pencarian cinta yang dikatakan suci oleh para syeithan yang senantiasa membisikkan langkah-langkah buruk ini :

1. Rajin memberikan perhatian kepada akhwat melalui komentar, seakan ia adalah ikhwan shalih yang hafal ratusan dalil Al-Qur’an dan hadits, padahal bermodal copy-paste dari internet.

 2. Giat kirim inbox pada akhwat. Penting nggak penting, ada aja alasan buat membuka celah agar tercipta dialog, terkadang dipaksa-paksakan, sampai-sampai kucing tetangga yang lagi sakit pun jadi bahan pembicaraan.

 3. Tebar komentar berisi pujian, misalnya: ‘Subhanallah, ukhty sangat anggun dengan hijab lebar itu’, atau ‘Wah… mantap benar nih ukhti, ga rugi ana jadi teman anti’, dan bla bla bla…

 4. Tebar perhatian berisi nasihat, misalnya: “Ukhti sholatnya yang khusyu’ ya’, ato ‘ukhti semangat, mujahidah gitu lho, hehhe’. Norak banget khan?”

 5. Yang paling parah ini nih, tebar janji ta’aruf dan nikah, padahal yang dijanjikan bukan cuma dua atau tiga akhwat. Giliran ketauan bohongnya, jadi berabe. 

Sebenarnya masih terlalu banyak sistem atau langkah-langkah yang dilakukan oleh para ikhwah-ikhwah yang kehilangan arah tersebut.
 Jika yang diincer akhwat yang suka ngebahas jihad, maka bentuk tebar pesonanya juga berkecimpung tentang jihad, meskipun dengan modal mbah Google. ^_^
 Jika yang diincar akhwat aktivis, maka bentuk perhatiannya juga ga jauh-jauh tentang problema keumatan, meski kalimat perhatiannya hasil copas beranda tetangga sebelah.

 Terakhir, penulis hanya ingin mengingatkan saja, hati-hati dengan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay yang suka tebar perhatian. Para FBI alias Female Bidikan Ikhwan juga harus pintar-pintar menggunakan jejaring sosial agar mendapatkan manfaat, bukan mudharat. Semoga saja kita semua dapat meraih sebaik-baik manfaat dari jejaring sosial,bukan malah terjerumus kedalam perangkap-perangkat syeithan

.Dan Untukmu para saudaraku marilah kita mencoba menjadi ikhwah yang jauh lebih serius lagi.
 “Mari Melangkah lebih serius dan Tinggalkan Kemaksiatan dimasa Lampau”

                                                                                     Penulis : Pena si Abu,Abu Ikhsan

Senin, 13 Februari 2012


SYIAH
 
Bismillah
            Tahukah anda sebuah ajaran baru yang muncul di Indonesia dan mencoba terus berkembang di Negara kita ini ?? sebuah ajaran yang saat ini diperdebatkan di negeri kita ini,ajaran ini disebut-disebut sebagai ajaran yang sesat dan menyimpang dari agama Islam,yah ajaran ini disebut dengan Ajaran SYIAH,dan kali ini kita akan membahas tuntas apa itu syiah,dan mengapa syiah begitu ditentang dinegara kita ini!!!...

Rabu, 08 Februari 2012



Dalam suatu kajian kesehatan akupuntur yang diadakan salah satu ahli
akupuntur. Ini dibuktikan dari segi kesehatan.
Air minum yang masuk dengan cara minum sambil duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.

Kamis, 01 Desember 2011

Pernah dalam sebuah acara di radio, seorang pelajar SMA menelepon dan menumpahkan problemnya. Sambil terisak-isak layaknya anak kecil dia menceritakan tentang kekasihnya yang mengkhianati cintanya. Sang penyiar dengan sabar mendengarkan curahan hati pemuda itu dan kemudian menenangkannya.
Ada saja masa dimana seorang kawan seperjuangan kita, duduk di hadapan. Ia datang dengan wajah risau dan jiwa yang bergemuruh. Lalu dengan terbata, ia berkata;
Akhi, aku ingin mundur dari jalan ini…”
Selanjutnya ia berucap tentang berbagai alasan.
Tentang masa luangnya yang sempit untuk dakwah

Selasa, 08 November 2011


PACARAN ITU APA SIH ?
            Bismillah
                        Pacaran hmnn suatu istilah yang tidak asing lagi ditelinga kita,ada yang pro dan ada juga yang kontra,maka dari itu kami mencoba untuk  mencari pendapat dari sahabat-sahabat sekalian yang kemudian akan kita simpulkan masing..!
            Berikut  adalah pendapat dari para sahabat MT.    
                        1.“menurut saya pacaran itu lebih banyak dampak negatifnya dibanding positifnya misalnya  waktu kita lebih banyak terbuang,dekat dengan kemaksiatan.Intinya di halalkan sekali hal-hal yang haram.tapi maslaahnya untuk menghindari pacaran itu susah sekali.”(Nitha,Siswi SMA”)
            2 .”pacaran itu sebenarnya hanya rasa suka dan rasa ingin memiliki sementara.Pacaran itu rasa ingin mengenal yang lebih bisa menyurutkan akhlak dan iman seseorang.”(Winda,Siswi SMA)
            
            3. “Pertama pacaran itu aku kelas 1smp ,aku gak tau ,pas ngerasain pacaran itu ,pacaran udah kaya kebutuhan ajh sekarang. Tanpa ada pacar kayaknya sepi ,wlaw bnyk temen ,tapi tetep beda ,
 kalo punya pacar bisa di perhatiin lebih ajh sama pacar ,ada yang ngingetin solat ,sama makan .Rasanya tuh dalam hati seneng aja kalo di perhatiin sama org yang kita cinta” .( Dhesy Kh*i*y*h,pengguna fb)

            4. “waktu duluuu bgt sblm nikah, pacaran cm ikut2an tmen drpd jomblo, rasanya gmn ya??? klo kangen nyiksa klo ga diapelin kesel klo agak dicuekin marah norak bgt, nah pas nikah nyatanya bukan ma pacar baru deh nyesel,.... enakan ga pacaran nyatanya.” (Nas Dian Rachman,pengguna fb)


            5. “dulu dlam pndangan ane, pacaran itu bisa memberi semangat , tetapi sayang ketika sedang bermasalah bukan semangat yg didapat tapi 'kesemrawutan plus masalah kian numpuk' tetapi setelah teman saya menyadarkan saya. saya sedikit menyesal pernah pacaran karena waktu saya yg seharusnya untukNya,keluarga, pendidikan, tersia.. :') beruntungnya aku punya teman baik meski lewat dunia maya :) “ (Chietra Zhiee Empuszhloversz,Pengguna fb)


            6  “Pacaran,kata kerja yg dijadikan alasan untuk slg mengungkapkan rasa sayangnya pd org yg belum halal baginya.Terinfeksi perasaan gelisah(selalu pgn ketemu,contact),cemburu(tak rela lht do'i dekat dg org lain),byk mudhorat'y .  Akn terasa jauh dr ALLAH” (Novita Thepacifire,Pengguna fb) 

            7.” pacaran adlah suatu kegiatan dimana nafsu merupakan pedoman utk melangkah (pcaran sblum nikah) krna pcran sblum nikah merupkan hbungan antra ikhwan & akhwat yg bkan mahrom scra bebas spt layaknya suami istri.. dosa bangeett!!  udah lah g usah pcran, ngapain pacaran? biar dpet pasngan terbaik?? toh Allh sudah menjamin bhwa Ikhwan yg baik akan mendpakan akhwat yg baik pula. dan sebaliknya”..
(Citra Mufthi,pengguna fb)
            Dari pendapat diatas yah, kita dapat menyimpulkan sendiri apa sih arti pacaran sebenarnya.
Namun Pesan penulis bagi para Akhwat agar terus berhati-hati dan menjaga hijabnya ,Ingatlah seorang pemangsa tidak   akan menyianyiakan mangsanya,entah itu kapan,namun pelan tapi pasti sang pemangsa akan menerkam mangsanya.Mungkin bukan sekarang  pasangan atau bahkan teman anda  akan memangsa/menerkam  anda  tapi mungkin nanti,karena syeitan tidak akan pernah berhenti membujuk anda dan pasangan anda untuk berbuat maksiat.!!  Maka dari  teruslah berhati-hati dan jaga hijabmu!! Wallahu Alam.
                                                                                                            Bersambung
Abu Mush'ab Al Bugisy

Sabtu, 15 Oktober 2011


Meniru adalah tabiat manusia. Sangat sulit bagi kita untuk tidak meniru. Toh, tak selalunya meniru itu buruk. Tergantung siapa yang ditiru, dalam hal apa dan bagaimana kita meniru. Ada nasihat orang arif di zaman dahulu, “Tasyabbahu, in lam takuunu mitslahum, fa innat tasyabbaha bil kiraam falaah,” Tirulah (orang mulia), kalaupun kamu tidak bisa persis mereka, sesungguhnya meniru orang yang mulia itu adalah keberuntungan.
Persoalannya adalah, terpampang di hadapan manusia banyak sekali pilihan yang memungkinkan untuk ditiru. Dari yang sekaliber dunia, hingga yang tingkatan lokal. Dari yang paling baik, hingga yang paling buruk, dan dari zaman Adam hingga zaman kita sekarang, dari yang berujud sosok perorangan maupun kaum atau golongan.
Pedoman umumnya sama, bahwa semua orang pasti memilih meniru tokoh atau kaum yang dianggapnya mulia, lebih mulia dari posisinya sekarang ini. Hanya saja, penilaian tentang siapa yang mulia dan siapa yang hina berbeda-beda, tergantung dari sisi mana mereka memandang.
Bila Diukur dengan Kaca Mata Dunia
Ketika era generasi sekarang terjangkiti penyakit akut bernama al-wahn , dengan indikasi  hubbud dunya wa karahiyatul maut (gandrung dunia dan takut mati), maka kaca mata duniawi menjadi sudut pandang paling utama. Ukuran mulia adalah kemewahan dan kebebasan dalam mengekspresikan apa yang diinginkan. Kaum dengan tipe seperti inilah yang hari ini dianggap mulia, untuk kemudian dijadikan sebagai panutan dan idola. Simpel kata, sekarang banyak yang menjatuhkan pilihannya kepada komunitas Barat untuk ditiru. Mereka merasa bisa ’nebeng’ mulia apabila bisa mengikuti jejak mereka, mirip dengan mereka atau bahkan sekedar ikut-ikutan dan ’mengcopy-paste’ tradisi mereka. Padahal, mereka adalah representasi dari kaum Yahudi dan Nasrani, atau bahkan orang kafir secara umum. Hal mana Nabi Shallalahu alaihi Wasallam sudah mengingatkan sejak lama dengan sabdanya,
<h2>لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ , حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ قُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ, اَلْيَهُوْدَ وَ النَّصَارَى ؟ قَالَ  فَمَنْ  ؟</h2>
“Kalian sungguh-sungguh akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampai seandainya mereka masuk ke lubang dhabb (semacam biawak), niscaya kalian akan masuk pula ke dalamnya. Kami (sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau berkata, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR Bukhari dan Muslim)
Imam an-Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan tentang hadits di atas, “Yang dimaksud dengan sejengkal, sehasta dan penyebutan lubang dhabb dalam hadits ini menggambarkan betapa semangatnya umat ini mencocoki umat terdahulu dalam penyelisihan dan maksiat, mencontoh mereka dalam segala sesuatu yang dilarang dan dicela oleh syariat.”
Karena gandrungnya terhadap Barat, apapun yang berasal dari Barat diadopsi sebagai pegangan dan tradisi. Meskipun berupa perilaku maksiat, maupun pola pikir yang bertentangan dengan syariat. Pergaulan bebas dengan lawan jenis, kebiasaan minum khamr, nyanyian-nyanyian yang mengobral kata-kata cabul, dandanan yang mengumbar aurat dan pola pikir liberal adalah sebagian produk Barat menu utama yang dikonsumsi umat. Apalagi, media yang entah memiliki kepentingan sama dengan Barat, atau karena alasan komersil menjadi sarana yang sangat efektif menyebar ’virus’ tasyabbuh (sikup meniru) terhadap budaya Barat.
Padahal Mereka Hina
Adalah naif, jika kaum muslimin terkesima dan terpesona oleh keglamouran Barat. Atau menganggap mereka mulia, sehingga dengan suka hati menjadi penerus budaya mereka. Tidak layak pula kaum muslimin minder, apalagi bersedih lantaran tidak bisa bebas seperti mereka. Karena kemuliaan kita terletak pada keimanan yang kita pegangi, dan kehinaan itu apabila kita tanggalkan ketaatan dan keimanan, lalu menggantinya dengan dosa dan kekafiran. Bagaimana mungkin kita menganggap orang kafir mulia, sementara Allah menganggap mereka makhluk paling hina,
”Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke naar Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS al-Bayyinah 6)
Bila ditanya mengapa mereka dianggap hina, akan banyak alasan yang kita temukan dalam ayat-ayat maupun kalam rasul-Nya. Kehinaan suatu kaum bisa ditilik dari rendahnya tujuan dan cita-cita. Orang-orang kafir itu hina, karena puncak obsesi mereka adalah dunia yang hina, yang paling mereka buru adalah kenikmatan yang fana, tak sebanding dengan kenikmatan akhirat, baik dari sisi kadar maupun masanya. Allah telah menyingkap ‘goal setting’ yang diimpikan mereka,
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.” (QS. an-Najm 29-30).
Yakni, memburu kesenangan duniawi adalah obsesi terbesar mereka. Padahal, gambaran remehnya nilai dunia dibanding akhirat digambarkan Nabi saw seumpama tetesan air yang menempel di jari-jari, dibanding seluruh air di samudera, sungguh tak terukur jauhnya selisih antara keduanya. Karena murahnya dunia di sisi Allah, maka Allah memberikan kekayaan dunia kepada siapapun, tanpa membedakan yang mukmin dan yang kafir, yang dicinta maupun yang dibenci. Andai saja dunia itu berharga di sisi Allah, tentu Dia hanya akan menganugerahkan kepada orang-orang yang dicintainya saja. Rasulullah SAW bersabda,
<h2>لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ</h2>
“Seandainya dunia itu di sisi Allah senilai dengan sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak memberikan minum kepada orang kafir, meski hanya seteguk air.” (HR Tirmidzi, beliau mengatakan shahih)
Begitu remeh cita-cita orang yang tak beriman.  Yang karenanya, sehebat apapun mereka, Allah menganggapnya sebagai kaum yang tidak berakal, tidak memahami dan tidak mengetahui?Bagaimana mereka jadikan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya, sedangkan ujung dari kehidupannya adalah kematian? Boleh jadi ajal datang sebelum mereka sempat menikmati jerih payahnya, selain hanya sedikit saja. Pun, kenikmatan yang remeh temeh itu harus dibayar dengan penderitaan yang kekal di neraka. Maha Suci Allah yang berrfirman,
”Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (QS. Ali Imran 196 – 197)
Mereka Juga Menderita
Mungkin umat yang meniru orang kafir hanya melihat yang enak-enak saja dari mereka. Seakan hidup tanpa beban, bersenang-senang dan menyalurkan keinginan sesuka hati. Padahal, realitanya tak seperti yang mereka duga. Tak ada satupun manusia hidup tanpa pernah menghadapi masalah. Selalu dan pasti ada dua warna dalam hidup, sedih dan gembira, sehat dan sakit, tangis dan tertawa serta kemudahan dan kesulitan. Justru orang yang beriman memiliki nilai sangat lebih dibanding orang-orang kafir,
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (QS. An-Nisa’ 104)
Harapan inilah yang menjadi faktor peringan dari beban insan beriman. Harapan untuk mendapatkan ganti yang lebih baik di dunia, pahala yang lebih besar lagi di sisi Allah, dan juga harapan terhapusnya dosa dan kesalahan. Karena sekecil apapun musibah menimpa insan beriman, bisa menghapus dosa-dosanya. Nabi saw bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ ، كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
”Tiada seorang muslim pun yang ditimpa suatu gangguan, baik karena duri maupun yang lebih  berat, kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari)
Berbeda dengan mereka. Tak ada alasan yang meringankan, tak ada pula kompensasi di akhirat atas musibah yang dideritanya. Derita dunia bagi mereka hanyalah ’pendahuluan’ dari siksa yang akan menimpa mereka di akhirat. Maka layakkah kita meniru kaum yang memiliki masa depan begitu suram seperti mereka? Alangkah indah motto Khalifah Umar bin Khathab, Innaa qaumun a’azzanallahu bil Islam, falan nabtaghil ’izzah bighairihi. Kami adalah suatu kaum yang telah Allah muliakan dengan Islam, maka kami tidak mengharapkan lagi kemuliaan selain dengannya. Wallahu a’lam. (Abu Umar Abdillah)
http://abuthalhah.wordpress.com/2011/10/14/hina-dianggap-mulia/
Sumber : Majalah Ar Risalah

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!